Minggu, 25 November 2012

Kisah Cinta Seorang Dokter

Sahabat ku, pembaca setia …

Menuliskan kisah ini mengingatkan aku pada setahun yang lalu. Saat seorang dokter menuliskan kisah cintanya pada catatanya faceebook.
Jujur saat membaca kisahnya membuat airmataku tidak terbendung lagi. Semangatku benar-benar pudar. Rasa bangga dan hormatku terhadap dokter tersebut semakin besar.
Dalam hatiku, kalau saja sebagian orang menganggap ketika terjadi perpisahan dengan orang yang dikasihi dan cintainya. Lantas mereka mengatakan “ wajarlah cinta memang tak harus memiliki”. Maka, bisa dipastikan semua yang mereka rasakan dari cinta yang dimiliki selama ini hanyalah sebuah fatamorgana belaka.

Namun, jika mereka mengalami sebuah perpisahan dengan orang yang paling mereka cintai. Lantas mereka mengatakan, cinta yang kumiliki benar ikhlas untukmu. Ada maupun tidak ada dirinya cinta ini akan tetap kujaga. Maka, inilah cinta yang seutuhnya. Cinta yang tidak termakan waktu, cinta yang tidak dibatasi kematian, cinta yang tak termakan usia, cinta yang tahu dimana akhirnya berujung.
 
Sahabatku…
Inilah kisah sosok pencinta sejati yang dimiliki oleh dokter muda. Mudah-mudahan dari kisahnya, kita dapat mengambil pelajaran berharga bahwasanya cinta memang harus memiliki. Selamat menikmati!!!
Kepergianmu yang begitu cepat meninggalkan dunia ini…meninggalkan diriku dan kedua anak kita (Ubaidillah dan Syifa)..apalagi engkau pergi dalam keadaan mengandung anak kita…sang mujahid atau mujahidah kecil calon penghafal Qur’an…sungguh bagaikan mimpi.
Masih hangat dalam ingatanku tawa candamu,suaramu,kenangan indah bersamamu Dinda…bahkan hari-hari terakhir bersamamu…tidak ada tanda-tanda bahwa Dinda akan meninggalkan kami untuk selama-lamanya.

Seiap kali aku mengingat dirimu…mata ini tidak tahan untuk meneteskan airmata..bahkan saat aku menulis surat ini.Saat kutatap wajah anak-anak kita…aku sangat sedih bahwa mereka harus berpisah dengan umminya begitu cepat…disaat mereka membutuhkan belaian kasih sayang darimu.

Masih hangat dalam ingatanku detik-detik terakhir saat Dinda pergi untuk menghadap Sang Kholiq… Allah membangunkan diriku saat engkau menghadapi sakaratul maut..ketika itu tepatnya hari jumat 11 maret pukul 03.00 dini hari…aku terbangun saat mendengar suaramu yang tidak seperti biasanya..berbagai upaya aku lakukan untuk membangunkan dirimu sampai anak-anak terbangun dan bertanya sambil menangis…”kenapa ummi tidak bangun-bangun Abi..?”..akupun hanya bisa menghibur mereka “Ubaid dan Syifa doakan Ummi ya Sayang”.

Melihat keadaan istriku yang tidak sadar,kuperhatikan nafasnya yang sudah berhenti..namun aku masih belum yakin bahwa istriku sudah pergi..maka saat itu juga aku telfon pamannya yang kebetulan tinggal tidak jauh dari tempat kami…maka kami pun membawanya ke rumah sakit bersama dengan anak-anakku.


Setibanya di rumah sakit..maka dokterpun memeriksanya..dan hasilnya bahwa istri dan bayi kami sudah meninggal dunia… meninggalkan kami untuk selama-lamanya.Dalam hati aku bertanya…secepat inikah Dinda meninggalkan kami..Maka aku panggil kedua anakku Ubaid dan Syifa untuk mencium Ummi dan Adiknya yang masih dalam kandungan.
Aku kataka…”Cium ummi dan adik nak..katakan selamat jalan Ummi..ubaid dan syifa sayang sama Ummi..kemudian mereka mencium perut umminya dan “selamat jalan adik..jaga ummi ya..”.Kami pun semua menangis melepas kepergiannya menghadap Robbul Alamin
Selamat jalan..wahai Mujahidahku tersayang…
Dinda memang terlahir untuk menjadi mujahidah…Allah telah membentuk dirimu untuk hidup tegar.Sebagai anak semata wayang..Dinda pun harus kehilangan kedua orang tua saat usia remaja.Ketegaranmu terhadap agama Allah tidak menyurutkan niatmu untuk menjadi seorang Dokter.Bahkan setelah menyandang gelar dokter..perjuanganmu semakin besar untuk Islam.

Selamat Jalan ..wahai Mujahidahku tersayang…
Kepergianmu yang begitu cepat…seakan-akan menyadarkan semua orang bahwa memang ajal adalah sebuah misteri yang hanya Allah yang mengetahui.Semuanya adalah titipan dari-Nya yang setiap saat Dia berhak untuk mengambilnya dangan caraNya yang Maha Bijaksana.Walaupun terasa begitu pahit…tapi aku yakin..bahwa inilah yang Terbaik yang Allah berikan kepada kami.

Selamat Jalan ..wahai Mujahidahku tersayang…
Kami relakan kepergianmu untuk bertemu dengan Allah…Dia begitu sayang kepada Ummi dan adik.Dan inilah saatnya Allah mengajarkan kepada kami tentang makna kesabaran dan keridhoan.Abi faham..untuk menjadi single parent tidaklah mudah…tapi inilah episode kehidupan yang harus Abi lewati..Allah telah mengambil Ummi dan Adik..tetapi masih menyisakan Ubaid dan Syifa yang juga merupakan amanah dari-Nya.Semoga Abi diberikan kekuatan dan kesabaran untuk mendidik mereka menjadi mujahid dan mujahidah seperti Abi dan Umminya atau bahkan lebih baik…Aminnn Ya Hayyu ya Qoyyuum…

Selamat Jalan..wahai Mujahidahku tersayang…
Semoga kepergianmu dan anak kita tercinta..merupakan tanda-tanda kebaikan husnul khotimah..Dinda pergi tanpa menyusahkan kami dan bertepatan dengan hari Jum’at.Dinda lebih tahu dari kami semua…karena Dinda sendiri yang merasakannya..bahkan mungkin saat ini Dinda sedang bermain-main dengan si kecil disana.Semoga Allah melapangkan kubur Dinda dan menjadikaannya sebagai taman syurga.Selesai sudah tugas Dinda untuk menemani kami di dunia..kami akan sangat merindukanmu…

Selamat Jalan …..wahai Mujahidahku tersayang…
Yaa Allah….dariMu semua kebahagian dan duka ini…semua peristiwa adalah cara Engkau berbicara dan menyapa kami.Kami yakin bahwa semua yang engkau takdirkan adalah yang TERBAIK .Engkau Maha Bijaksana untuk menguji hamba-hamba-Mu..

Sahabatku.
Tulisan tangan dokter ini, membuat kami semakin sadar bahwa mencintai itu persoalan bagaimana kita mampu menjadi orang terbaik, di saat orang lain meragukan kemampuan kita, di saat kita ditinggal orang yang kita cintai, mencitai itu bagaimana seorang mampu memaknai sisa-sisa kenangan yang terindah yang pernah tercipta bersama orang yang kita cintai. Bukan malah menyalahkan, takdir yang tidak bersahabat dengan kita, bukan malah menyalahkan ketidakadilan tuhan pada kita. Atau dengan kepasrahan nyata, anda mengatakan cinta tak harus memiliki. Percayalah! Hakekat cinta itu memiliki, kalau anda tidak siap memiliki cinta berarti diri anda sendiri tidak mampu memberi kesempatan orang lain untuk mencintai anda.
Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepad dokter ini. Makanya , kisah saya abdikan dalam buku saya.
Info terakhir yang kami dapat mengenai dokter ini, sampai sekarang beliau belum menikah. Disamping kesibukannya di rumah sakit. Beliau juga tetap setia menjaga dua buah hati hasil dari benih cintanya.

0 komentar:

Posting Komentar